Call me: 0812.8622.919
Terapi SEFT
  • Home
  • Master Trainer
  • Kata Mereka
  • Jadwal Training
  • VIDEO
    • SEFT sebagai Solusi
    • Mengapa SEFT Efektif
    • Preview SEFT >
      • Testimoni SEFTer
      • Demo Terapi SEFT
    • Sesi Foto Training
    • Terapi SEFT
    • Liputan Media >
      • SEFT di RCTI Jakarta
      • SEFT di RCTI Surabaya
      • SEFT di DAAI TV
  • Artikel
    • Perusahaan
    • Tentang SEFT
    • Materi Training SEFT
    • Terapi SEFT
    • Serba Serbi SEFT >
      • SEFT Total Solution
      • Sejarah Penemuan SEFT
      • Manfaat Training SEFT
      • Hambatan Emosi dan Fisik
      • SEFT Solusi Praktis
      • 12 Pola Energi Tubuh
      • Keluarga Sefter
      • Terapi SEFT untuk Stress
      • Terapi SEFT untuk Phobia
      • Bahagia dan Pedih
      • Cegah dan Hindari Stress
      • Kenapa Ikut Training SEFT
      • Perusahaan Menerapkan SEFT
    • Teknik SEFT >
      • Kunci Sukses Terapi SEFT
      • SEFT untuk diabetes
      • SEFT Gangguan Jiwa
      • Sakit Karena Anak
      • SEFT anak Ngompol
      • SEFT Jarak Jauh
      • Mengatasi Insomnia
    • Kliping Liputan Media
    • Stop Merokok >
      • Tentang Rokok
      • Bahaya Rokok
    • Testimoni
    • Info dan Tip Kesehatan
    • Rupa Rupa >
      • Postingan SEFT
      • Postingan Umum
      • Renungan
      • Aneka Manfaat
  • Hubungi Kami

Waspada, Jantung Berhenti Mendadak Jam 6-10 Pagi

16/9/2013

0 Comments

 
Picture
Serangan henti jantung tiba-tiba, yang cenderung mematikan, menjadi hal yang patut diperhatikan semua orang.

Serangan henti jantung tiba-tiba ini terjadi saat fungsi jantung berhenti karena gangguan elektris, bisa menyebabkan kematian jika penderita tak segera mendapatkan pertolongan baik berupa bantuan pernapasan maupun hentakan defibrilasi, dilaporkan kerap terjadi pada jam 6 hingga 10 pagi.

Mengapa hal itu terjadi?  Seperti dilaporkan laman huffingtonpost.com, sebuah riset terbaru menyebutkan gangguan elektris jantung itu bisa jadi terkait dengan tingkat protein bernama KLF15, yang bekerja mengatur aktivitas kelistrikan pada jantung manusia.

Dr. Mukesh Jain, M.D., dari Case Western Reserve University, dan para koleganya menemukan bahwa penderita gagal jantung cenderung memiliki tingkat protein KLF15 yang rendah.

Selain itu, mereka juga menemukan pada tikus yang menjadi “relawan” pengujian bahwa protein KLF15 ini sepertinya berhubungan dengan ritme cicardian, atau jam tubuh, dan serangan henti jantung tiba-tiba.

“Kematian akibat serangan jantung tiba-tiba terkait dengan instabilitas kelistrikan ini diperkirakan menyebabkan 325 ribu kasus kematian per tahun di Amerika Serikat,” ujar Jain. “Itu termasuk 3 dari 4 kematian akibat serangan jantung pada penderita berusia 35-44 tahun. Dalam banyak kasus, tak ada kesempatan kedua (untuk selamat dari serangan itu). Serangan pertama kali merupakan kesempatan terakhir. Penelitian kami menuju pada cara yang mungkin bisa dilakukan untuk mengurangi kecepatan jalur kematian itu, misalnya dengan ditemukannya kelak obat yang dapat mengurangi risiko (kematian) itu.”  

Riset tersebut dipresentasikan pada pertemuan tahunan masyarakat kimia Amerika, American Chemical Society. Sejauh ini, hasil studi yang masih bertaraf pendahuluan tersebut belum dipublikasikan dalam jurnal ilmiah.

Kini, Jain sedang mencari obat yang memiliki potensi untuk meningkatkan kadar KLF15, demi mencari kemungkinan menghindari terjadinya serangan henti jantung tiba-tiba.

Sejauh ini, langkah-langkah preventif yang bisa dilakukan untuk menghindari serangan jantung tiba-tiba termasuk di dalamnya dengan mengubah gaya hidup, seperti mengonsumsi makanan bernutrisi, olahraga, dan tidak merokok atau mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.

Selain itu, juga mengikuti saran doktor untuk menghindari sejumlah faktor serangan jantung seperti kadar kolestrol. Obatan-obatan anti-arrhythmic atau memasang alat “pacu jantung” juga merupakan cara pencegahan bagi orang-orang yang berisiko tinggi, demikian rekomendasi dari Mayo Clinic.

Satu hal yang patut digarisbawahi, ketika serangan henti jantung menyerang, maka itu bisa berarti kematian jika penderita tidak segera dibantu dengan bantuan pernapasan atau alat kejut, yang akan mengentak jantung untuk kembali bekerja, demikian dipaparkan National Heart, Lung and Blood Institute.
0 Comments

Your comment will be posted after it is approved.


Leave a Reply.

    Picture

    Author

    Bahar SEFTer

    Archives

    November 2014
    December 2013
    November 2013
    October 2013
    September 2013
    August 2013
    July 2013
    June 2013
    May 2013

    Categories

    All
    Info Kesehatan
    Tip Kesehatan

    Picture

    RSS Feed

    Tips Tricks And Tutorials
Powered by Create your own unique website with customizable templates.